Scalping ???

Scalping di sini maksudnya kita melakukan Open Position untuk jangka waktu yang relatif pendek, menggunakan margin yang relatif besar dengan target profit yang relatif kecil. Mungkin anda masih penasaran, “kok relatif sih? tepatnya berapa lama, berapa persen margin dan berapa pips targetnya?” hehe. Ok deh, kalau memang harus menyebut angka, biasanya sih kalau scalping, saya menggunakan time frame antara 5 sampai 15 menit, margin antara 10 sampai 20 persen per posisi dan target profit cukup sekitar 10 pips saja. Atau malahan, margin sampai 40 persen dengan target profit di bawah 5 pips.

Salah seorang mentor saya pernah bilang, scalping itu cara trading khas newbie… whatever lah… terus terang saya juga kadang masih scalp juga kok, meskipun sebenernya saya memang lebih cenderung untuk memilih menjadi swinger trader. Yah, kadang sekedar iseng merasakan latihan sport jantung juga lumayan seru sih.

Ok deh… apapun kata master, scalping sah-sah saja dilakukan kok, asal tidak melanggar aturan dari broker tempat kita ber-trading, terutama masalah aturan short trading. Scalping biasanya memang dibatasi demi kelancaran para trader bertransaksi, karena memang kalo semua trader keseringan open dan close position dalam jangka waktu yang singkat, akan menjadi beban bagi server brokernya.

Nah, untuk scalping, ada baiknya kita memilih pair dengan spread yang tidak terlalu tinggi tapi pergerakannya lumayan kenceng, seperti misalnya pair GBP/USD atau EUR/USD. Sebenernya gak ada larangan juga sih, scalping di pair dengan spread yang besar seperti GBP/JPY. Cuma, kalau spread kegedhean, ya kita mesti siap mental buat nunggu spread ketutup yang mungkin aja rada lama, kalau pergerakannya tidak terlalu kenceng. Ehm, kadang-kadang lumayan mules juga tuh, nungguin spread yang gak ketutup-ketutup, apalagi klo pas main hantam pake margin gedhe. Iya deh, masalah pilih-pilih pair kayaknya sudah cukup jelas yaa. Nah, sekarang… indikator apa sih yang biasanya dipake oleh scalper?
Yuk, mari kita lihat chart berikut:

Pada chart di atas, saya menggunakan time frame 15 menit untuk pair GBP/USD. Indikator yang saya gunakan adalah parabolic SAR, Simple Moving Average periode 200 dan W%R. Patokan yang saya gunakan untuk entry adalah sebagai berikut: apabila harga di atas SMA 200, parabolic SAR terletak di atas candlestick dan W%R ada di area sell, maka saya melakukan Open Position Sell. Dan apabila harga di bawah SMA 200, parabolic SAR terletak di bawah candlestick dan W%R ada di area buy, maka saya melakukan Open Position Buy. Itu hanya salah satu contoh chart yang saya pake untuk scalping.

Ramuan indikator di atas memang lebih cocok dipakai apabila market dalam kondisi sideways.  Kalau market sedang trending sih, kadang-kadang saya scalping hanya berpatokan pada candlestick ajah. Ok deh, silahkan di coba dan dirasakan sendiri. Yang jelas sih, kalau mau Open Position, ingatlah selalu ketahanan margin kita. Jadi, jangan melakukan Open Position hanya berdasarkan nafsu karena melihat chart yang menari-nari menggoda di depan mata. Bisa-bisa bukannya profit yang kita dapet, tapi malahan dapet MC deh.

Posted in Strategi Trading, Tip & Trik Trading.