Mengenal Pelonggaran Kuantitatif (Quantitative Easing)

Pemerintah selaku regulator dalam suatu negara akan mengambil tindakan pada instrumen suku bunga bank untuk mengontrol laju inflasi. Suku bunga acuan berperan besar dalam mempengaruhi cara pandang para debitur dan kreditur. Apabila suku bunga cukup menarik, maka niat menabung akan makin tinggi dan jumlah peminjam akan semakin berkurang.

Jika suku bunga dipatok lebih rendah, maka jumlah peminjam akan semakin bertambah sehingga produktifitas ikut terdorong dimasa datang. Perubahan suku bunga harus dilaksanakan dengan penuh pertimbangan, jika tidak terjadwal dengan baik justru dapat merusak pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini, bank sentral berwenang penuh dalam setiap kebijakan moneter. Apabila inflasi telah melampaui target angka patokan, maka pihak Bank akan menaikkan suku bunga untuk menurunkan tingkat pengeluaran dan belanja. Begitu juga sebaliknya, jika tingkat inflasi berada dibawah target, maka bank akan memotong tingkat suku bunga untuk men-stimulasi kenaikan pengeluaran dan belanja dari sektor rumah tangga serta perusahaan.

Dalam sebuah konsep pemangkasan suku bunga dapat mempercepat lajunya inflasi. Namun, bank sentral harus dapat mencermati kondisi inflasi pada level normal, karena jika angka tersebut tidak naik menuju target yang telah ditetapkan, maka pemangkasan harus secepatnya dilakukan dengan ambang batas 0%. Pada periode evaluasi, jika ekonomi belum memenuhi harapan, bank sentral harus mencetak uang guna mencukupi suplai ke pasar. Proses inilah yang disebut dengan ‘Quantitative Easing’. Selaku regulator, bank sentral mengadakan pertemuan secara berkala untuk dapat mengevaluasi pertumbuhan ekonomi.

Pencetakan Uang Kembali Dalam dunia modern seperti sekarang ini dikenal sebagai konsep uang yang tidak hanya berbentuk kartal, giral atau dalam bentuk sertifikat deposito bank. Nilai uang pada akselerasi pertumbuhan ekonomi normal akan selalu bertambah dari pertumbuhan yang diukur. Jika sirkulasi uang di pasar bertambah, artinya inflasi juga naik.

Apabila berkaca pada kejadian tahun 2008, ketika krisis likuiditas melanda bank, uang yang beredar (sirkulasi) saat itu sangat sedikit sekali. Di sinilah QE berperan penting untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi. Sebuah keputusan bank sentral untuk menyuntikkan dananya secara tidak langsung, tidak diaplikasikan melalui pencetakan uang fisik baru. Melainkan dengan pembelian aset dari sektor swasta. Maksud dari tujuan tersebut agar penjual aset dapat memiliki cukup banyak dana di bank dan selanjutnya digunakan dalam aktifitas perekonomian.

Efek dari injeksi uang akan menjalar ke pasar, mulai dari aksi lembaga/institusi yang sudah mendapat sokongan dana segar. Akselerasi pengeluaran dan belanja mereka akan meningkat sehingga bursa saham turut bergerak pada uptrend. Pada pembahasan artikel diatas, Kita telah mengetahui dan bahkan memahami bahwa ‘Quantitative Easing’ merupakan ‘new tools’ bagi pemerintah guna mengendalikan tingkat inflasi. Yang patut diingat adalah, langkah tersebut hanya salah satu instrumen untuk menjaga stabilitas ekonomi. Sedangkan pemberlakuannya hanya bisa tepat sasaran apabila penyesuaian suku bunga tidak mampu membendung tekanan ekonomi pada sebuah negara.

Posted in Analisa Fundamental.