Sempat Melemah, IHSG Melaju di Jalur Hijau

Berita Forex Indonesia – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan pagi ini dengan pergerakan positif di zona hijau.  Membuka perdagangan preopening, IHSG dibuka turun tipis 0,524 poin (0,01%) ke 4.831,051. Sementara indeks LQ45 dibuka turun tipis 0,129 poin (0,02%) ke 842,591.

Pada pembukaan perdagangan, Selasa (8/3), IHSG dibuka menguat tipis 1,844 poin (0,04%) ke 4.833,419. Sementara indeks LQ45 dibuka turun tipis, 0,126 poin (0,01%) ke 842,465.  Pada perdagangan Senin kemarin, IHSG ditutup melemah 19.308 poin (0,40%) ke level 4.831,504. Sementara Indeks LQ45 ditutup turun 6,021 poin (0,71%) ke level 842,591.

Sebagai informasi, di pasar uang, dolar AS menguat di atas Rp 13.100. Berdasarkan data perdagangan Reuters, dolar AS pagi ini berada di Rp 13.130, menguat dibandingkan posisi sore kemarin di Rp 13.080.  Sedangkan kondisi bursa saham Asia pagi ini, antara lain:  Indeks Nikkei 225 turun 231,20 poin (1,37%) ke 16.680,12, Indeks Hang Seng turun 136,57 poin (0,68%) ke 20.023,15, Indeks SSE Composite turun 55,46 poin (1,91%) ke 2.841,88, dan  Indeks Straits Times turun 4,37 poin (0,15%) ke 2.819,14.

Pemerintah Indonesia dinilai tengah melakukan apa yang semestinya dilakukan, yakni transformasi ekonomi. Pihaknya yakin, Indonesia diperkirakan tetap menjadi tempat yang menarik bagi investasi. Hal ini akan tercermin pada tingginya animo Tiongkok dan Jepang yang masuk ke berbagai proyek infrastruktur pemerintah.  Kondisi ini turut menjadi sentiment positif bagi pasar modal. Sementara itu, dari posisi utang para emiten di Tanah Air, UBS berpandangan bahwa posisinya belum dalam tahap yang mengkhawatirkan.

Sepanjang tahun ini, saham-saham di sektor konstruksi, perbankan, barang konsumsi, dan media menjadi rekomendasi UBS. Meski demikian, tantangan ekonomi ke depan dari global juga tidak dapat dihindari. Misalnya, rencana Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), yang akan menaikkan suku bunga secara bertahap. Kebijakan The Fed tersebut pun berpotensi menekan laju nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Meskipun leverage emiten telah meningkat dalam tiga tahun terakhir, tapi posisi tersebut masih dapat dikelola. Di sisi lain, perbankan membukukan keuntungan dan memiliki kecukupan modal untuk menahan tekanan tingkat kredit bermasalah (NPL). Hingga September 2015, sebanyak 53% emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki tingkatgross debt/EBITDA di bawah 1 kali.  Sebanyak 9% memiliki rasio di atas 1 kali hingga 2 kali, sebanyak 27% emiten punya rasio di atas 2 kali hingga 3 kali, 8% emiten memiliki rasio di atas 3 kali hingga 5 kali, dan 3% emiten mencatatkan rasio di atas 5 kali.

Indonesia masih akan dihadapkan dengan tantangan perlambatan di pasar ekspor. Hal itu nantinya akan berpengaruh terhadap defisit transaksi berjalan Indonesia yang kembali melebar. Untuk jangka waktu pendek,   nilai tukar rupiah diprediksi bisa tetap stabil. Sebab, saat ini pasar tengah antusias dan cenderung positif menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Membaiknya prospek pasar modal bakal menarik minat calon emiten untuk mencatatkan sahamnya di BEI. Saat ini, pihaknya tengah berdiskusi dengan sejumlah perusahaan keluarga yang berniat menjadi perusahaan terbuka.  IPO tidak selalu dilatarbelakangi oleh kebutuhan ekspansi semata, namun para pemilik perusahaan ini berpandangan dapat memiliki good corporate governance (GCG) yang baik.

Posted in Teknikal & Berita Forex.